Sekretaris Kabinet (Seskab), Pramono Anung dalam wawancara menyambut Hari Anak Nasional 2019, di ruang kerjanya Gedung III Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Senin 22 Juli 2019.
Sekretaris Kabinet (Seskab), Pramono Anung dalam wawancara menyambut Hari Anak Nasional 2019, di ruang kerjanya Gedung III Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Senin 22 Juli 2019.
“Mengenal lingkungan bahwa Indonesia yang multietnik, multikultur, dan berbeda agama, berbeda bahasa, yang kita diikat dalam ideologi Pancasila itu juga menjadi penting. Tetapi dari semua itu, maka anak harus betul-betul diberikan ruang yang cukup untuk mengenal keluarganya, agamanya, pendidikannya, dan yang tidak kalah penting adalah teknologi. Itu jangan kemudian menjadi persoalan bagi anak tersebut”
Pramono Anung, Sekretaris Kabinet (Seskab).
JAKARTA, publikreport.com – Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengingatkan, anak adalah masa depan bangsa. Pendidikan dan juga keluarga menjadi hal yang utama dalam tubuh seorang anak. Untuk itu, selain memberikan pendidikan, juga perlu mengenalkan anak kepada lingkungannya dan keluarga, serta pemerintah wajib memberikan ruang kreasi yang seluas-luasnya bagi anak.
“Agar anak tumbuh dengan kegembiraan, keceriaan, keriangan, tetapi tidak kalah penting adalah dia juga mempersiapkan diri untuk menjadi seseorang di kemudian hari,” jelas Pramono dalam wawancara menyambut Hari Anak Nasional (HAN) 2019 yang jatuh pada 23 Juli, di ruang kerjanya Gedung III Kemensetneg, Jakarta, Senin 22 Juli 2019.
Mata pelajaran, Pramono menyarankan, tidak lagi perlu terlalu overload, terlalu banyak. Pemerintah harus memikirkan bahwa anak paling utama adalah bisa berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
“Seharusnya kita semua belajar, bahwa mata pelajaran yang berlebihan tidak membuat anak menjadi semakin pandai. Tetapi menjadi beban akhirnya menjadi stress. Sehingga dengan demikian, pemerintah harus merubah pola pendidikan, kemudian juga keluarga harus menyesuaikan,” bebernya.
Tidak kalah penting, Pramono melanjutkan, anak harus betul-betul diberikan ruang untuk berkreasi sebanyak mungkin. Karena sekarang ini eranya sudah berubah, tantangan zaman sudah berubah, anak juga harus dipersiapkan untuk beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
Setiap keluarga, menurut Pramono, tentunya mempunyai cara pendekatan yang berbeda-beda. Secara umum harus ada persamaan, bahwa Indonesia sekarang ini sebagai negara yang akan menjadi negara menengah dan mudah-mudahan suatu hari akan menjadi negara besar. Karena itu anak-anak harus dipersiapkan untuk itu, sehingga dengan demikian pendidikan menjadi penting, agama juga hal yang penting.
“Mengenal lingkungan bahwa Indonesia yang multietnik, multikultur, dan berbeda agama, berbeda bahasa, yang kita diikat dalam ideologi Pancasila itu juga menjadi penting. Tetapi dari semua itu, maka anak harus betul-betul diberikan ruang yang cukup untuk mengenal keluarganya, agamanya, pendidikannya, dan yang tidak kalah penting adalah teknologi. Itu jangan kemudian menjadi persoalan bagi anak tersebut,” ujarnya.
Kepada anak, Pramono mengatakan, jangan diberikan kebebasan yang berlebihan. Tetapi diingatkannya, juga jangan diberikan hambatan yang berlebihan. Anak itu perlu mengenal sosial media, mengenal dunia luar, tetapi harus dalam batasan dan harus didampingi oleh orang tua.
“Jangan berikan anak kebebasan untuk semaunya sendiri mengenal sosial media, pasti banyak anak Indonesia yang tidak siap untuk itu. Sehingga dengan demikian, pendampingan oleh keluarga, pendampingan oleh guru, pendampingan oleh lingkungannya terhadap teknologi menjadi hal yang sangat penting sekali,” pesannya.
Mengenai cita-cita seorang anak, Pramono mengatakan, sejak kecil harus diberikan kesadaran akan pilihan hidupnya. Apakah dia menjadi chef, menjadi olahragawan, menjadi perenang, menjadi insiyur atau menjadi apapun.
“Pilihan itu sudah ada. Dan ada dalam cita-cita anak tersebut sejak kecil. Anak perlu diberikan kesadaran terhadap dunia usaha seperti misalnya, sehingga dengan demikian pilihan-pilihan itu ada dan sejak dari kecil anak mempunyai pilihan nanti kalau besar dia menjadi apa,” jelasnya, seraya menambahkan, menjadi fotografi, menjadi aktor, menjadi budayawan, menjadi apapun pilihan itu sekarang menjadi sangat mudah, sangat gampang, bahwa profesi yang utama tidak harus katakanlah menjadi dokter, menjadi insiyur, tetapi bisa menjadi apa saja.
Sekarang, Pramono memaparkan, bahkan menjadi chef sebuah pilihan yang sangat terhormat. Orang sekarang menggandrungi terhadap pilihan itu. Maka pilihan yang semakin luas, akan menjadikan anak Indonesia mempunyai cita-cita ke depan semakin luas, dan tentunya pilihannya juga semakin banyak.
Mengenai peran pemerintah, Pramono menyatakan, yang paling utama adalah memberikan regulasi, memberikan aturan, memberikan perlindungan terhadap anak tersebut. Tetapi yang tidak kalah penting, adalah wajib belajar juga menjadi hal yang diperlukan dan diatur oleh pemerintah, apakah itu pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat. Ada yang sudah mengatur sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), ada yang baru sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tetapi pengaturan ini menjadi sangat penting bagi anak tersebut. Sehingga dengan demikian, seperti diketahui bahwa lapangan kerja di Indonesia pada hari ini 58% itu adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Mudah-mudahan dengan pengaturan yang lebih baik, lapangan kerja kita dengan bonus demografi mereka adalah lulusan SLTA, Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejurauan (SMK) dan sebagainya. Dengan demikian, menatap masa depan Indonesia harus menatap bagaimana memulai dari anak-anak itu melangkah mulai dari hari ini ke depan,” paparnya, seraya mendoakan, mudah-mudahan anak Indonesia selalu mendapatkan perlindungan, mendapatkan arah yang benar, dan juga tidak kalah penting adalah jangan lupa anak Indonesia diberikan ruang untuk selalu ceria dan bahagia.
DONNY TURANG