
Kios kerajinan anyaman bambu di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohn Utara Kota Tomohon. Inzert: Andy Manopo (40), salah satu perajin anyaman bambu. (Foto: publikreport.com)
INGIN ARTIKEL DIBACAKAN: https://publikreport.com
“Modal saya hanya tenaga dan keahlian saja”
TOMOHON, publikreport.com – “Orang tua mantu saya sudah membuka kios ini sejak lama. Saya lupa tahun berapa. Namun setahu saya sejak masih baru beberapa kios yang berdiri di sini,” jelas Andy Manopo (40), perajin anyaman bambu di Kelurahan Kinilow kepada publikreport.com, Sabtu 03 Februari 2018.
Dirinya sendiri menggeluti kerajinan anyaman bambu sudah bertahun-tahun, dibantu isteri. Mengerjakan anyaman bambu, Andy menuturkan, sebenarnya tidak memerlukan modal yang banyak. Bahannya pun mudah didapat.
“Modal saya hanya tenaga dan keahlian saja,” ucapnya tersenyum.
Bahan baku untuk membuat anyaman, menurut Andy, adalah bambu yang masih muda. Bambu ini dicarinya di hutan/kebun, atau kadang dibelinya dengan harga Rp20 ribu per ujung.
Anyaman bambu yang dihasilkannya dijual dengan harga bervariasi. Misalnya, tolu (topi/caping petani) Rp35 ribu, kurungan ayam dan tempat ayam bertelur (roroongan) Rp25 ribu, tempat nasi Rp25 ribu, nyiru (sosiru) Rp35 ribu, lampion Rp20-30 ribu.
“Harga ini sesuai besar dan tingkat kesulitan dari setiap anyaman,” jelasnya.
Nyiru (sosiru), menurut ayah tiga orang anak ini, adalah anyaman yang paling sulit dikerjakan.
“Lama karena harus dijahit lagi,” tuturnya.
BACA JUGA: Ayaman Bambu Kinilow, Destinasi Wisata di Tomohon
Mengenai penghasilan, Andy mengaku tidak menentu. Tergantung dari banyaknya pengunjung yang mampir. Tak jarang dalam sehari tidak ada pengunjung yang datang membeli.
“Sejauh ini penghasilan terbanyak sekitar Rp200 ribu dalam sehari,” akunya.
Kesulitan utama selama ia menjalani profesi ini, Andy mengungkapkan, adalah pemasaran hasil kerajinan. Karena lokasi kerajinan anyaman bambu Kinilow ada di jalan protokol Tomohon-Manado yang sempit, terkadang ada pembeli yang berniat mampir, namun tidak ada tempat parkir.
“Ada yang mampir membeli. Namun, karena takut macet sampai tidak jadi membeli,” ujarnya.
BACA JUGA: TIFF Tak Berpengaruh pada Florist
Untuk menambah penghasilan, Andy menambahkan, kerap ia membeli tungku hasil kerajinan Desa Pulutan Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa, untuk dijualnya lagi.
“Kami membeli dari sana. Atau terkadang mereka yang membawa kemari untuk dijual,” ujarnya. YELLI PRISILIA
BACA JUGA: Aktivitas Lokon Meningkat, Warga Biasa Saja
- Wens: Jurnalisme Tidak Jatuh Dalam Barang Dagangan
- Agus dan Supardi (Kembali) Pimpin AMSI Sulut
- Nilai Ekspor Indonesia Meningkat
- Olly dan Sejumlah Pejabat Belum Divaksinasi Covid-19
- Divaksinasi Covid-19 harus Melewati …