Johny Runtuwene, politisi PDIP.
Johny Runtuwene, politisi PDIP.
Karena jumlah kelurahan dan jumlah pemilih yang berbeda pada kedua Dapil ini, Lefrand melanjutkan, dapat dikatakan Jonru dipercaya 304,5 pemilih di setiap kelurahan, sementara Christo hanya mendapat 251,9 pemilih di setiap kelurahan.
***
“Sudah jadi rahasia umum kalau dugaan beli suara itu nyata. Hampir semua caleg yang berburu kemenangan diduga kuat memberikan imbalan rupiah pada pemilihnya. Tapi Jonru luar biasa. Dia menang tanpa membayar pemilih. Semua pemilihnya militan, sepakat untuk tidak mau minta uang dari pak Jonru”
Jackson Ngantung, warga Kelurahan Walian.
***
“Fakta ini bisa dijadikan kisah hidup yang sarat pengajaran pada anak cucu kita. Ini bisa jadi cerita dimasa depan, bahwa orang Tomohon punya kemampuan untuk keluar dari iklim dan tekanan politik super keras dengan bermodalkan kecerdasan, kedewasaan dan integritas”
Johny Runtuwene, politisi PDIP.
TOMOHON, publikreport.com – Calon legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tomohon dari Daerah Pemilihan (Dapil) 2 yang meliputi Kecamatan Tomohon Utara, Johny Runtuwene dianggap peraih suara terbanyak, dibandingkan, caleg lainnya yang bertarung menuju DPRD Kota Tomohon.
Penilaian ini dikemukakan Pemerhati Politik Kota Tomohon, Lefrand Pangemanan kepada publikreport.com.
“Secara persentase Johny Runtuwene atau akrab disapa Jonru merupakan peraih suara tertinggi untuk DPRD Kota Tomohon pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019,” ujarnya.
Jika dilihat dari angka, yakni 3.045 suara yang dipercayakan rakyat di Kecamatan Tomohon Utara kepada Jonru, menurut Lefrand, secara jumlah kalah dari Christo Eman, caleg dari Partai Golkar (Golkar) dari Daerah Pemilihan (Dapil) 1 yang meliputi Kecamatan Tomohon Tengah, Barat dan Timur dengan raupan suara sebanyak, 5.542.
“Jonru menang di Dapil yang hanya 10 kelurahan. Sedangkan, Dapilnya Christo terdapat sebanyak 22 kelurahan. Jumlah pemilihnya berbeda. Tentu Dapil 1 lebih banyak dari Dapil 2,” jelasnya.
Karena jumlah kelurahan dan jumlah pemilih yang berbeda pada kedua Dapil ini, Lefrand melanjutkan, dapat dikatakan Jonru dipercaya 304,5 pemilih di setiap kelurahan, sementara Christo hanya mendapat 251,9 pemilih di setiap kelurahan.
“Ini jika dilihat dari total perolehan suara dengan jumlah kelurahan/pemilih,” katanya.
BACA JUGA: Wajah-wajah Baru yang Diprediksi Bakal ke DPRD Kota Tomohon
Sementara Jackson Ngantung, warga Kelurahan Walian, Kecamatan Tomohon Selatan menilai, Jonru dapat memperoleh suara terbanyak di Dapil 2 sudah merupakan hal yang luar biasa. Apalagi yang didengarnya prestasi ini didapatkan tanpa politik uang.
“Sudah jadi rahasia umum kalau dugaan beli suara itu nyata. Hampir semua caleg yang berburu kemenangan diduga kuat memberikan imbalan rupiah pada pemilihnya. Tapi Jonru luar biasa. Dia menang tanpa membayar pemilih. Semua pemilihnya militan, sepakat untuk tidak mau minta uang dari pak Jonru,” ujarnya.
BACA JUGA: Pemilu 2019, Berapa Harga Satu Suara?
Johny Runtuwene saat ditemui publikreport.com dikediamannya mengaku soal kemenangan tanpa membayar pemilih itu suatu keniscayaan di daerah ini yang merindukan kemurnian di semua aspek.
“Kalau misalnya ada yang ‘takut’ melihat Partai Golkar mendominasi perolehan kursi, harusnya itu disyukuri. Karena itulah hasil dari berdemokrasi,” kata Jonru yang pernah menjadi kandidat Walikota Tomohon pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015 lalu.
Kemenangan seperti ini, menurut mantan Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ini, bisa mengartikan dan mewakili banyak hal.
“Fakta ini bisa dijadikan kisah hidup yang sarat pengajaran pada anak cucu kita. Ini bisa jadi cerita dimasa depan, bahwa orang Tomohon punya kemampuan untuk keluar dari iklim dan tekanan politik super keras dengan bermodalkan kecerdasan, kedewasaan dan integritas,” ucapnya.
BACA JUGA: Pecah ‘Perang’ Caleg Diinternal Parpol
Kedewasaan berpolitik orang Tomohon sangat diapresiasi Jonru.
“Orang Tomohon sudah sangat cerdas dalam berpolitik. Lihat saja, usai Pemilu, situasi kembali normal. Terlihat sekali dikeseharian, diantara warga tak ada lagi perbedaan, baik dalam tutur kata maupun sikap,” tuturnya.
Menyentil tentang Pilkada 2020, Jonru mengaku belum bisa berbicara lebih jauh.
“Kita ikuti dulu tahapan Pemilu ini. Kita harus mengikuti proses. Semua partai juga punya konsep dan mekanisme. Yang pasti, saya juga tetap menatap Pilkada Kota Tomohon tahun depan,” katanya.
BACA JUGA: Polres Tomohon Terima Laporan Pelanggaran Pemilu
Kontributor: Joppy JW
Redaktur: DONNY TURANG